Tuesday 19 April 2016

Berdoalah dengan rendah diri dan tidak mengeraskan suara


Berdoalah dengan rendah diri dan tidak mengeraskan suara

Allah berfirman:
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلاَ تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ

Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatiumu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termask orang-orang yang lalai.
(Al-A’raaf 7:205)

Ibnu Kathir berkata; “Begitulah zikir yang dianjurkan, iaitu tidak dengan seruan dan tidak menyaringkan suara” (Tafsir al-Quranul ‘Azhim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَاأَيُّهَاالنَّاسُ اِرْبَعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّ مَنْ تَدْعُوْنَهُ لَيْسَ بأَصَمَّ وَلاَغَائِبٍ إِنَّمَا تَدْعُوْنَ سَمِيْعًا بَصِيْرًا إِنَّمَا تَدْعُوْنَ مَنْ هُوَ أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِ كُمْ مِنْ غُنُقِ رَا حِلَتِهِ إِلَيْهِ

“Wahai sekalian manusia, berlaku baiklah kepada diri kalian sendiri. Sesungguhnya yang kalian seru itu tidaklah tuli dan tidak pula jauh. Sesunguhnya kalian berdo’a kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, yang lebih dekat dengan kalian daripada leher tunggangan kalian sendiri” (HR Muslim dan Ahmad)


Di Siang Hari sebagai Penyihir, Di akhir hari Sebagai Syuhada'


Di Siang Hari sebagai Penyihir, Di akhir hari Sebagai Syuhada'


Hidayah itu benar-benar adalah milik Allah.
Tercatat didalam al-Quran, adanya golongan yang disiang hari mereka adalah orang yang paling dimurkai Allah, mereka mensyirikkan Allah, namun di akhir hari mereka mati sebagai Syuhada'. Subhanallah.
Mereka itulah para penyihir dimasa Fir'aun, yang diawal hari nya, mereka bertanding kekuatan dengan Nabi Musa, mereka melakukan sehebat-hebat sihir dizamannya, namun setelah mereka dikalahkan oleh Mukjizat yang Allah berikan pada Nabi Musa, lalu terzahirlah pada diri mereka berkenaan kebenaran agama Nabi Musa, mereka mengikhlaskan diri dan kembali menyerah diri kepada Allah. Akhirnya mereka telah mati sebagai Syuhada' ketika dibunuh dengan kejam oleh Fir'aun.
Kisah ini diceritakan oleh Allah dengan panjang lebar pada surah al-A'raaf ayat 113 - 126.
Merekalah yang disebut oleh para Ulama', antaranya Ibnu 'Abbas, sebagai:
كانوا في أول النهار سحرة ، وفي آخره شهداء
"Pada awal hari, mereka adalah para Penyihir. Dan di akhir hari, mereka adalah para Syuhada'" (Ath-Thabari)

AYAH

AYAH...
Ayah memang tidak mengandungmu, tapi dalam darahmu, mengalir darahnya...
Ayah memang tidak melahirkanmu, tapi suaranyalah yang pertama kau dengar ketika lahir untuk menenangkan jiwamu....
Ayah memang tidak menyusuimu, tapi dari keringatnyalah setiap suapan yang menjadi air susumu...
Ayah memang tidak menyanyikanmu, agar kau tertidur, tapi dialah yang menjamin kau tetap nyaman dalam lelapmu...
Ayah memang tidak mendekapmu seerat ibumu, itu karena dia khawatir karena cintanya ia tidak bisa melepaskanmu.. ketika kau sudah bisa membangun sendiri hidupmu...
Ayahmu tidak pernah kau lihat menangis, bukan karena hatinya keras, tapi agar kau tetap percaya, dia kuat untuk kau bisa bergantung dilengannya...
Sayangi dan hormati ayahmu.. memang surga ada ditelapak kaki ibumu, tapi tidak ada surga untukmu tanpa keridhaannya...
Memang kau diminta mendahulukan ibumu, tapi ayahmu adalah jiwa raga ibumu...

Monday 18 April 2016

RENUNGAN


Renungan:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
Mereka hanya mengetahui perkara yang zahir nyata dari kehidupan dunia sahaja, dan mereka tidak pernah ingat hendak mengambil tahu tentang hari akhirat.  Al Rum:7

Sunday 17 April 2016

GANJARAN BESAR BUAT KERJA DAKWAH



GANJARAN YANG BESAR KEPADA MEREKA YANG MENYAMPAIKAN DAKWAH DI JALAN ALLAH.

Daripada Saidina Sahl bin Sa'ad Radhiayallahu 'Anhu, bahawa Rasulullah Sollallahu Alaihi Wa Sallam pernah bersabda pada hari Peperangan Khaibar :

"Aku akan berikan panji-panji ini kepada seorang lelaki yang akan Allah mengurniakan kemenangan dengannya. Dia mencintai Allah dan Rasul-Nya. Allah dan Rasul-Nya juga mencintainya.

Saidina Sahl Radhiayallahu 'Anhu berkata :

Pada malam tersebut, para sahabat saling bercakap sesama mereka tentang siapakah lelaki tersebut.

Apabila menjelang waktu pagi, para sahabat bersegera untuk bertemu dengan Rasulullah Sollallahu 'Alaihi Wa Sallam. Mereka semua bercita-cita agar Rasulullah menyerahkan panji-panji yang dijanjikan itu kepadanya.

Rasulullah Sollallahu Alaihi Wa Sallam bertanya :

Di manakah Ali bin Abi Talib?

Para sahabat menjawab :

Dia mengadu sakit pada kedua-dua belah matanya.

Para sahabat membawakan Saidina Ali untuk bertemu dengan Rasulullah. Baginda pun meludahkan air liur Baginda ke arah kedua-dua mata Saidina Ali serta mendoakan kesembuhan untuknya. Lantas Saidina Ali sembuh dan merasakan seolah-olah dia tidak pernah berasa sakit sebelum ini.

Lalu Rasulullah Sollallahu 'Alaihi Wa Sallam menyerahkan panji-panji kepada Saidina Ali Radhiayallahu 'Anhu.

Saidina Ali berkata kepada Rasulullah :

Wahai Rasulullah, adakah aku memerangi mereka sehinggalah mereka menjadi seperti kita?

Baginda menjawab :

"Laksanakanlah tugasmu itu sehingga apabila kamu berada di medan mereka, serulah mereka kepada Islam dan beritahulah kepada mereka tentang perkara yang wajib mereka lakukan daripada hak Allah.

Demi Allah, kamu menjadi penyebab kepada seorang lelaki mendapat hidayah Allah adalah lebih baik daripada kamu memiliki unta merah."

Hadith riwayat al-Imam al-Bukhari dan al-Imam Muslim rahimahumallah.

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata :

Humur an-Na'am - حمر النعم adalah unta merah yang merupakan harta yang paling berharga di kalangan orang Arab. Dijadikan kiasan kepada sesuatu yang sangat bernilai. Bahkan tiada sesuatu yang lebih berharga daripadanya. Kiasan tersebut adalah untuk memudahkan kefahaman.

Hadith ini menjelaskan tentang kelebihan ilmu dan menyeru kepada hidayah dan memulakan suatu amalan yang baik kemudian diikuti oleh orang ramai.

"Ya Allah, taufiqkanlah kami dan zuriat kami untuk termasuk di kalangan mereka yang mencintai ilmu dan dakwah di Jalan-Mu."

Abu Anas Madani
Ahad, 7 Rejab 1437H - 17 April 2016.

HIMPUNAN HADIS-HADIS PALSU

Himpunan hadis-hadis PALSU tentang keutamaan solat dan puasa di bulan Rejab.

HADITS PERTAMA

رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ وَشَعْبَانُ شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِيْ.

“Rejab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan adalah bulan ummatku.

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) MAUDHU’

Kata Syaikh ash-Shaghani (wafat 650H): “Hadits ini maudhu’.”
[Lihat Maudhu’atush Shaghani (I/61, no. 129)]

Hadis tersebut mempunyai matan yang panjang, lanjutan hadis itu ada lafaz :

لاَ تَغْفُلُوْا عَنْ أَوَّلِ جُمُعَةٍ مِنْ رَجَبٍ فَإِنَّهَا لَيْلَةٌ تُسَمِّيْهَا الْمَلاَئِكَةُ الرَّغَائِبَ…

“Janganlah kalian lalai dari (beribadah) pada malam Jumaat pertama di bulan Rejab, kerana malam itu Malaikat menamakannya Raghaa-ib…”

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) MAUDHU’

Kata Ibnul Qayyim (wafat 751H) :
“Hadits ini diriwayatkan oleh ‘Abdur Rahman bin Mandah dari Ibnu Jahdham, telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin Muhammad bin Sa’id al-Bashry, telah menceritakan kepada kami Khalaf bin ‘Abdullah as-Shan’any, dari Humaid ath-Thawil dari Anas, secara marfu’.
[Al-Manaarul Muniif fish Shahih wadh Dha’if (no. 168-169)]

Kata Ibnul Jauzi (wafat 597H) :
“Hadits ini palsu dan yang tertuduh memalsukannya adalah Ibnu Jahdham, mereka menuduh sebagai pendusta. Aku telah mendengar Syaikhku Abdul Wahhab al-Hafizh berkata : “Rawi-rawi hadis tersebut adalah rawi-rawi yang majhul (tidak dikenali), aku sudah periksa semua kitab, tetapi aku tidak mendapati biografi hidup mereka.”
[Al-Maudhu’at (II/125), oleh Ibnul Jauzi]

Imam adz-Dzahaby berkata :
“ ’Ali bin ‘Abdullah bin Jahdham az-Zahudi, Abul Hasan Syaikhush Shuufiyyah pengarang kitab Bahjatul Asraar dituduh memalsukan hadis.”

Kata para ulama lainnya :
“Dia dituduh membuat hadis palsu tentang solat ar-Raghaa-ib.”

Periksa : Mizaanul I’tidal (III/142-143, no. 5879).

HADITS KEDUA

فَضْلُ شَهْرِ رَجَبٍ عَلَى الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ الْقُرْآنِ عَلَى سَائِرِ الْكَلاَمِ وَفَضْلُ شَهْرِ شَعْبَانَ كَفَضْلِي عَلىَ سَائِرِ الأَنْبِيَاءِ، وَفَضْلُ شَهْرِ رَمَضَانَ عَلَى الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى سَائِرِ العِبَادِ.

“Keutamaan bulan Rejab atas bulan-bulan lainnya seperti keutamaan al-Qur'an atas semua perkataan, keutamaan bulan Sya’ban seperti keutamaanku atas para Nabi, dan keutamaan bulan Ramadhan seperti keutamaan Allah atas semua hamba.”

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) MAUDHU’

Kata al Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany: “Hadis ini palsu.”
Lihat al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’ (no. 206, hal. 128), oleh Syaikh Ali al-Qary al-Makky (wafat 1014H).

HADITS KETIGA:

مَنْ صَلَّى الْمَغْرِبَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَا عِشْرِيْنَ رَكْعَةٍ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدُ مَرَّةً، وَيُسَلِّمُ فِيْهِنَّ عَشْرَ تَسْلِيْمَاتٍ، أَتَدْرُوْنَ مَا ثَوَابُهُ ؟ فَإِنَّ الرُّوْحَ اْلأَمِيْنَ جِبْرِيْلُ عَلَّمَنِيْ ذَلِكَ. قُلْنَا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ: حَفِظَهُ اللَّهُ فِيْ نَفْسِهِ وَمَالِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَأُجِيْرَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَجَازَ عَلَى الصِّرَاطِ كَالْبَرْقِ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ.

“Barangsiapa shalat Maghrib di malam pertama bulan Rejab, kemudian solat sesudahnya dua puluh raka’at, setiap raka’at membaca al-Fatihah dan al-Ikhlash serta salam sepuluh kali. Kalian tahu ganjarannya? Sesungguhnya Jibril mengajarkan kepadaku demikian.” Kami berkata: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui, dan berkata: ‘Allah akan pelihara dirinya, hartanya, keluarga dan anaknya serta diselamatkan dari adzab kubur dan ia akan melewati as-Shirath seperti kilat tanpa dihisab, dan tidak disiksa.’”

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) MAUDHU’

Kata Ibnul Jauzi: “Hadis ini palsu dan kebanyakkan rawi-rawinya adalah majhul (tidak dikenali biografinya).”

Lihat al-Maudhu’at Ibnul Jauzy (II/123), al-Fawaa-idul Majmu’ah fil Ahaadits Maudhu’at oleh as-Syaukany (no. 144) dan Tanziihus Syari’ah al-Marfu’ah ‘anil Akhbaaris Syanii’ah al-Maudhu’at (II/89), oleh Abul Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Araaq al-Kinani (wafat  963H).

HADITS KEEMPAT

مَنْ صَامَ يَوْماً مِنْ رَجَبٍٍ وَصَلَّى فِيْهِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يَقْرَأُ فِيْ أَوَّ لِ رَكْعَةٍ مِائَةَ مَرَّةٍِ آيَةَ الْكُرْسِيِّ وَ فِي الرَّكَعَةِ الثَّانِيَةِ مِائَةَ مَرَّةٍِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَد, لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ أَوْ يُرَى لَهُ.

“Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rejab dan solat empat raka’at, di raka’at pertama baca ‘ayat Kursy’ seratus kali dan di raka’at kedua baca ‘surat al-Ikhlas’ seratus kali, maka dia tidak mati hingga melihat tempatnya di Syurga atau diperlihatkan kepadanya (sebelum ia mati).

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) MAUDHU’

Kata Ibnul Jauzy: “Hadis ini palsu, dan rawi-rawinya majhul (tidak dikenali) serta seorang perawi yang bernama ‘Utsman bin ‘Atha’ adalah perawi matruk menurut para Ahli Hadits.” [Al-Maudhu’at (II/123-124)]

Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany, ‘Utsman bin ‘Atha’ adalah perawi yang lemah. [Lihat Taqriibut Tahdziib (I/663 no. 4518)]

HADITS KELIMA

مَنْ صَامَ يَوْماً مِنْ رَجَبٍ عَدَلَ صِيَامَ شَهْرٍ.

“Barangsiapa puasa satu hari di bulan Rejab (ganjarannya) sama dengan berpuasa satu bulan.”

Keterangan : HADITS INI (ضَعِيْفٌ جِدًّا) SANGAT LEMAH

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Hafizh dari Abu Dzarr secara marfu’.
Dalam sanad hadis ini ada perawi yang bernama al-Furaat bin as-Saa-ib, dia adalah seorang perawi yang matruk. [Lihat al-Fawaa-id al-Majmu’ah (no. 290)]

Kata Imam an-Nasa-i: “Furaat bin as-Saa-ib Matrukul hadis.” Dan kata Imam al-Bukhari dalam Tarikhul Kabir: “Para Ahli Hadis meninggalkannya, kerana dia seorang perawi munkarul hadis, serta dia termasuk rawi yang matruk kata Imam ad-Daraquthni.”

Lihat adh-Dhu’afa wa Matrukin oleh Imam an-Nasa-i (no. 512), al-Jarh wat Ta’dil (VII/80), Mizaanul I’tidal (III/341) dan Lisaanul Mizaan (IV/430).

HADITS KEENAM

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ نَهْراً يُقَالُ لَهُ رَجَبٌ مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضاً مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ العَسَلِ، مَنْ صَامَ مِنْ رَجَبٍ يَوْماً وَاحِداً سَقَاهُ اللهُ مِنْ ذَلِكَ النَّهْرِ.

“Sesungguhnya di Syurga ada sungai yang dinamakan ‘Rejab’ airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rejab maka Allah akan memberikan minum kepadanya dari air sungai itu.”

Keterangan : HADITS INI (بَاطِلٌ) BATHIL

Hadits ini diriwayatkan oleh ad-Dailamy (I/2/281) dan al-Ashbahany di dalam kitab at-Targhib (I-II/224) dari jalan Mansyur bin Yazid al-Asadiy telah menceritakan kepada kami Musa bin ‘Imran, ia berkata: “Aku mendengar Anas bin Malik berkata, …”

Imam adz-Dzahaby berkata: “Mansyur bin Yazid al-Asadiy meriwayatkan darinya, Muhammad al-Mughirah tentang keutamaan bulan Rejab. Mansyur bin Yazid adalah perawi yang tidak dikenali dan khabar (hadis) ini adalah bathil.” [Lihat Mizaanul I’tidal (IV/ 189)]

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Musa bin ‘Imraan adalah majhul dan aku tidak mengenalnya.”

Lihat Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 1898).

HADITS KETUJUH

مَنْ صَامَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ رَجَبَ كُتِبَ لَهُ صِيَامُ شَهْرٍ وَمَنْ صَامَ سَبْعَةَ أَيَّامٍ مِنْ رَجَبَ أَغْلَقَ اللهُ عَنْهُ سَبْعَةَ أَبْوَابٍ مِنَ النَّارِ وَمَنْ صَامَ ثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ مِنْ رَجَبٍ فَتَحَ اللهُ ثَمَانِيَةَ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ صَامَ نِصْفَ رَجَبَ حَاسَبَهُ اللهُ حِسَاباً يَسِيْراً.

“Barangsiapa berpuasa tiga hari pada bulan Rejab, dituliskan baginya (ganjaran) puasa satu bulan, barangsiapa berpuasa tujuh hari pada bulan Rejab, maka Allah tutupkan baginya tujuh buah pintu api Neraka, barangsiapa yang berpuasa delapan hari pada bulan Rejab, maka Allah membukakan baginya delapan buah pintu dari pintu-pintu Syurga. Dan barangsiapa puasa nisfu (setengah bulan) Rejab, maka Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah.”

Keterangan : HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU

Hadits ini termaktub dalam kitab al-Fawaa-idul Majmu’ah fil Ahaadits al-Maudhu’ah (no. 288). Setelah membawakan hadis ini asy-Syaukani berkata: “Suyuthi membawakan hadis ini dalam kitabnya, al-Laaliy al-Mashnu’ah, ia berkata: ‘Hadis ini diriwayatkan dari jalan Amr bin al-Azhar dari Abaan dari Anas secara marfu’.’”

Dalam sanad hadis tersebut ada dua perawi yang sangat lemah:

1. ‘Amr bin al-Azhar al-‘Ataky.
Imam an-Nasa -i berkata: “Dia Matrukul Hadis.” Sedangkan kata Imam al-Bukhari: “Dia dituduh sebagai pendusta.” Kata Imam Ahmad: “Dia sering memalsukan hadis.”

Periksa, adh-Dhu’afa wal Matrukin (no. 478) oleh Imam an-Nasa-i, Mizaanul I’tidal (III/245-246), al-Jarh wat Ta’dil (VI/221) dan Lisaanul Mizaan (IV/353).

2. Abaan bin Abi ‘Ayyasy, seorang Tabi’in shaghiir.
Imam Ahmad dan an-Nasa-i berkata: “Dia Matrukul Hadits (ditinggalkan hadisnya).” Kata Yahya bin Ma’in: “Dia matruk.” Dan beliau pernah berkata: “Dia perawi yang lemah.”

Periksa: Adh Dhu’afa wal Matrukin (no. 21), Mizaanul I’tidal (I/10), al-Jarh wat Ta’dil (II/295), Taqriibut Tahdzib (I/51, no. 142).

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Abu Syaikh dari jalan Ibnu ‘Ulwan dari
Abaan. Kata Imam as-Suyuthi: “Ibnu ‘Ulwan adalah pemalsu hadis.” [Lihat al-Fawaaidul Majmu’ah (hal. 102, no. 288)]

Dinukil dari,
https://almanhaj.or.id/1523-hadits-hadits-palsu-tentang-keutamaan-shalat-dan-puasa-di-bulan-rajab.html

---------------------

Rujukan Tambahan,

Penilaian Semula Amalan-amalan di bulan Rejab...Shahihkah ia?
http://www.ilmusunnah.com/017-penilaian-semula-amalan-amalan-di-bulan-rejab-sahihkah-ia/

<< #HimpunanHadisPalsu >>

Saturday 16 April 2016

ANTARA WAKTU DOA MUSTAJAB.

Tahajjud mungkin dimaksudkan ialah pada solat malam atau Qiamullail di 1/3 akhir malam.


عَنْ جَابِرٍ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " إِنَّ مِنَ اللَّيْلِ سَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ


Jabir radiallahu ‘anhu meriwayatkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya pada waktu malam ada satu ketika yang tidaklah seorang Muslim memohon kebaikan daripada Allah ketika itu melainkan Allah akan memberikan kepadanya. [Sahih Muslim, Kitab Solat al-Musafirin, hadis no: 1266]


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : " يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ , يَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ


Abu Hurairah radiallahu ‘anhu meriwayatkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tuhan kami turun ke langit dunia setiap malam pada seperti akhir malam. Allah berkata: Siapa yang berdoa kepada Aku, pasti Aku akan makbulkan. Sesiapa yang meminta kepada Aku pasti Aku akan berikan kepadanya. Sesiapa yang memohon keampunan kepada Aku, pasti Aku ampuni dia. [Sahih al-Bukhari, Kitab al-Jum’ah, hadis no: 1083].
Ketika sujud pula:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ " .


Abu Hurairah radiallahu ‘anhu meriwayatkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Seseorang akan paling dekat dengan Tuhannya ketika sujud. Banyakkanlah doa. [Sahih Muslim, Kitab as-Solat, hadis no: 749]
Antara azan dan iqamah pula:


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " الدُّعَاءُ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ " . قَالَ أَبُو عِيسَى : حَدِيثُ أَنَسٍ حَسَنٌ صَحِيحٌ


Anas bin Malik radiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Doa yang tidak ditolak ialah doa antara azan dan iqamah. [Sunan at-Tirmizi, Kitab as-Solat, hadis no: 196, hasan sahih]
Wallahua'lam.

Friday 15 April 2016

DUNIA DIBAHAGIKAN KEPADA 4 GOLONGAN MANUSIA

🌾Dunia Dibahagikan Kepada Empat Golongan Manusia

✏Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,

 إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَعِلْمًا ، فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَيَعْلَمُ ِللهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً ، فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ ، يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا ، فَه ُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ ، لاَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ ِللهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالاً وَلاَ عِلْمًا ، فَهُوَ يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ. أخرجه أحمد 4/231 (18194) و\"التِّرمِذي\" 2325 قال الشيخ الألباني : ( صحيح ) انظر حديث رقم : 3024 في صحيح الجامع.

“Dunia telah diberikan pada empat golongan manusia:

Orang pertama, diberikan rizki harta dan ilmu oleh Allah. Ia kemudian bertakwa dengan harta tadi kepada-Nya, menjalin hubungan dengan kerabatnya, dan ia pun tahu kewajiban yang ia mesti tunaikan pada Allah. Inilah sebaik-baik kedudukan.

Orang kedua, diberikan ilmu oleh Allah namun tidak diberi rizki berupa harta oleh Allah. Akan tetapi ia punya niat yang kuat (tekad) sembari berujar, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku akan beramal seperti si fulan.’ Orang ini akan mendapatkan yang ia niatkan. Pahalanya pun sama dengan orang yang pertama.

Orang ketiga, diberikan rizki oleh Allah berupa harta namun tidak diberikan ilmu. Ia akhirnya menyia-nyiakan hartanya tanpa dasar ilmu, ia pun tidak bertakwa dengan harta tadi pada Rabbnya dan ia juga tidak mengetahui kewajiban yang mesti ia lakukan pada Allah. Orang ini menempati sejelek-jelek kedudukan.

Orang keempat, tidak diberikan rizki oleh Allah berupa harta maupun ilmu. Dan ia pun berujar, ‘Seandainya aku memiliki harta, maka aku akan berfoya-foya dengannya.’ Orang ini akan mendapatkan yang ia niatkan. Dosanya pun sama dengan orang ketiga.” [HR. Tirmidzi no. 2325, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shohih Al-Jami' no. 3024]

TADABBUR KALAMULLAH

TADABBUR KALAMULLAH.

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

"Sesungguhnya Allah swt. beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan"
[Surah an-Nahl 128]

# Allah swt memberitahu kita semua, untuk mendapatkan rahmat, pertolongan, bantuan dan kedudukan di sisi Allah syaratnya adalah dgn bertaqwa dan berbuat kebaikan kpd sesama makhluk.

# Daripada Ibnu Umar r.a, Nabi saw bersabda:

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah swt adalah yang paling memberikan manfaat kepada manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat orang Islam lain bahagia, menghilangkan kesusahan orang lain, membayarkan hutangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk suatu keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan penuh.”
(HR at-Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir. Hadis Hasan)

# Baginda Nabi saw jg memerintahkan kita agar berusaha untuk membantu dan membahagiakan orang lain.

# Dahsyatnya ganjaran membahagiakan orang lain dan melepaskan kesulitan orang lain sehinggakan kata Nabi ganjarannya lebih baik dari i’tikaf di Masjid Nabawi sebulan lamanya. Allahuakbar..
Masyaallah hebat dan mulianya membahagiakan orang lain.

♡ Rajin-rajinlah membuat orang lain bahagia dan bantulah melepaskan kesusahan mereka semaksimum yang boleh. Insyaallah kita akan diberi kemuliaan disisi Allah swt ♡

MOTIVASI

Motivasi pada yang mahu...

Satu ayat yang memberikan ketenangan

Di dalam al-Quran terdapat banyak ayat Allah yang dapat memberikan ketenangan dan kekuatan kepada orang yang beriman apabila mereka ditindas atau ditimpa kesusahan.

Diriwayatkan ada seorang alim berkata ;

 آية من القرآن هي سَهمٌ في قلبِ الظالم، وبَلسمٌ على قلبِ المظلوم! قيل: وما هي؟

Ada satu ayat di dalam al-Quran, ianya menjadi anak panah bagi hati mereka yang zalim dan menjadi pengubat bagi orang-orang yang dizalimi.

Ditanyakan kepada beliau, ayat apakah itu?

 فقال: قوله تعالى: ﴿ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا ﴾ [مريم: 64].

Beliau menjawab ; Firman Allah Ta'ala ; "Dan tidaklah Tuhan-Mu itu lupa." (Maryam : 64)

#  Cukuplah firman Allah SWT sebagai pemberi nasihat dan teguran kepada hati-hati yang mahu beriman !

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ اللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا ۚ أَحْصَاهُ اللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

"Pada hari ketika mereka dibangkitkan oleh Allah semuanya, lalu diberitakanNya kepada mereka akan apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu."

(al-Mujaadilah: 6)

USAH VIRAL PERKARA YANG TIDAK BERMENFAAT

Menjauhi 'viral' yang tidak bermanfaat

Salah seorang ulama daripada Arab Saudi menyebutkan ;

أخطر ما على الأمة الآن الدعاة الجهال الذين لا يعرفون العلم ويدعون الناس بجهل وضلالة

Perkara yang paling membahayakan bagi umat ini sekarang ialah kewujudan para pendakwah atau penyeru yang jahil yang tidak mengetahui ilmu dan menyeru manusia dengan kejahilan dan kesesatan.

Kewujudan ramai orang yang jahil tetapi terkenal dan viral telah menyebabkan kerosakan menjadi tersebar.

Kata Imam al-Hafiz al-Mizzi rahimahullah (742 Hijrah) ;

ولو سكت من لا يدري لاستراح ، وأراح ، وقل الخطأ ، وكثر الصواب

'Dan kalaulah sekiranya orang yang tidak tahu itu berdiam diri nescaya keadaan akan menjadi rehat dan tenang, serta kesalahan menjadi sedikit dan kebenaran akan menjadi banyak.'

[Tahzib al-Kamal, Al-Mizzi]

Diriwayatkan daripada seorang tabien yag bernama Bilal bin Saad rahimahullah ;

إن المعصية إذا خفيت لم تضر إلا أهلها وإذا أعلنت ولم تغير ضرت العامة

Sesungguhnya maksiat apabila dilakukan secara sembunyi maka tidaklah ia memudharatkan kecuali kepada pelakunya sahaja tetapi apabila ia dilakukan secara terang-terangan dan tidak ditegah maka mudharatnya adalah menimpa kepada semua orang ramai.

[Hilyah al-Auliya wa Thabaqat al-Ashfiya, Abu Nuaym]

Bahaya budaya 'viral' hari ini apabila ianya menyebarkan dosa dan keburukan akhlak kepada ramai orang.

Rasa takut kepada Allah semakin hilang dalam jiwa-jiwa manusia sedangkan kata Imam Ibn Qayyim rahimahullah ;

خشية الله رأس كل خير

Takut kepada Allah adalah pokok bagi segala kebaikan...

IRSYAD AL-HADITH SIRI KE-41: STATUS DOA BERKENAAN REJAB, SYAABAN DAN RAMADAN

IRSYAD AL-HADITH SIRI KE-41: STATUS DOA BERKENAAN REJAB, SYAABAN DAN RAMADAN
Soalan
Apabila memasuki bulan Rejab maka para imam atau ustaz akan selalu berdoa dengan doa ini. Apakah status doa ini:
اللهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ، وَبَارِكْ (وَبَلِّغْنَا) لَنَا فِي رَمَضَانَ
Maksudnya: “Ya Allah, Kau berkatilah kepada kami pada bulan Rejab dan Sya’ban dan Kau berkatikanlah (pertemukan kami dengan bulan Ramadhan) kepada kami pada bulan Ramadhan”.
Jawapan :
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, ahli keluarga baginda SAW, sahabat baginda SAW serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah baginda SAW.
Berdasarkan persoalan yang diajukan, pertamanya kami akan menyatakan daripada mana sumber doa itu diambil, adakah ia disebut di dalam kitab-kitab hadith ataupun sebaliknya:
Takhrij lafaz “doa” tersebut
Antara kitab-kitab yang menyebut lafaz doa seperti di atas adalah:
Di dalam Musnad Imam Ahmad: Diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, bahawa Nabi SAW apabila masuknya bulan Rejab, Baginda SAW bersabda:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ، قَالَ: "اللهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ". وَكَانَ يَقُولُ: " لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ غَرَّاءُ، وَيَوْمُهَا أَزْهَرُ".
Maksudnya: “Ya Allah, Kau berkatilah kepada kami pada bulan Rejab dan Sya’ban dan Kau berkatikanlah kepada kami pada bulan Ramadhan”. Baginda SAW bersabda lagi: “Malam Jumaat adalah mulia dan harinya terang benderang”. [Musnad Imam Ahmad, no. Hadith 2228]
Imam Ibn Sunni, Imam al-Baihaqi, Imam al-Bazzar dan Abu Nu’aim juga menyebut hadith ini di dalam kitab mereka: Diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, bahawa Nabi SAW apabila masuknya bulan Rejab, Baginda SAW bersabda:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ: "اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا شَهْرَ رَمَضَانَ". قَالَ: وَكَانَ يَقُولُ: "إِنَّ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ لَيْلَةٌ غَرَّاءُ، وَيَوْمَهَا يَوْمٌ أَزْهَرُ".
Maksudnya: “Ya Allah, Kau berkatilah kepada kami pada bulan Rejab dan Sya’ban dan Kau pertemukan kami dengan bulan Ramadhan”. Baginda SAW bersabda lagi: “Malam Jumaat adalah mulia dan harinya terang benderang”. [Ibn Sunni, Amal al-Yaum wa al-Lailah, 1:610, al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman, 5:348, no. Hadith 3534, al-Bazzar, Musnad al-Bazzar, 13:117, no. Hadith 6496 dan Abu Nu’aim, Hilyah al-Awliya’, 6:269]
Ulasan ringkas
Berdasarkan hadith berikut, terdapat sedikit perbezaan antara riwayat pertama oleh Imam Ahmad dan juga riwayat yang kedua iaitu pada lafaz ( وَبَارِكْ لَنَا ) dan juga ( وَبَلِّغْنَا ) walaupun kedua-dua riwayat ini datang daripada jalur Anas bin Malik RA.
Hukum Hadith
Hadith ini dihukum dhaif pada sanadnya oleh para ulama’ hadith. Antaranya ialah:
Imam al-Nawawi. [Al-Azkar, 1:189]
Imam Ibn Rejab. [Lathaif al-Ma’arif, 1:121]
Syeikh Syu’aib al-Arnaout. [Sunan Abu Daud, 4: 180]
Di dalam sanad hadith ini terdapat dua kecacatan sebagaimana yang dinyatakan oleh ahli hadith:
Pertama: Pada Zaidah bin Abi al-Ruqqad (زائدة بن أبي الرقاد)
Imam al-Bukhari, al-Nasa’ie dan al-Hafiz Ibn Hajar menghukumnya sebagai “mungkar al-Hadith”.
Abu Hatim mengatakan bahawa “riwayat Zaidah daripada Ziyad adalah riwayat yang marfu’ tetapi mungkar dan kita tidak mengetahui adakah ia (hadith) daripadanya atau daripada Ziyad”.
Kedua : Pada Ziyad al-Numairiy (زياد النميري)
Ibn Ma’in dan Abu Daud “mengdhaifkannya”.
Abu Hatim mengatakaan “ditulis hadithnya tetapi tidak boleh berhujah dengannya”.
Ibn Hibban menyatakan di dalam “al-Thiqat bahawa dia (Ziyad) tersalah dan di dalam al-Majruhin sebagai mungkar al-Hadith. Dia meriwayatkan daripada Anas perkara-perkara yang tidak menyamai hadith daripada orang yang thiqat dan tidak boleh mengambilnya sebagai hujjah”.
Al-Hafiz Ibn Hajar mengatakan dia (Ziyad) adalah “dhaif”.
Tarjih
Setelah kami melihat dan menekuni pendapat para ulama’ berkaitan kesahihan hadith ini, maka cenderung untuk mengatakan bahawa hadith ini sanadnya teramat lemah kerana padanya terdapat dua orang perawi yang bermasalah serta dalam masa yang sama kita tidak boleh menyandarkannya kepada Rasulullah SAW. Walaubagaimanapun, matan atau teks hadith tersebut tidak mempunyai masalah jika kita ingin berdoa dengannya. Ini kerana di dalam berdoa, kita dituntut untuk berdoa dan meminta apa sahaja kepada Allah SWT selagimana perkara yang diminta itu tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Penutup
Sebagaimana yang kita ketahui, Islam sangat menuntut kita agar sentiasa berdoa dalam apa jua keadaan sekalipun, berdasarkan firman Allah SWT dan hadith-hadith Nabi SAW. Lebih-lebih lagi pada waktu yang mustajab untuk berdoa atau pada bulan-bulan yang mempunyai kelebihannya yang tertentu seperti bulan Ramadhan. Akhirnya, semoga Allah SWT menerima dan memakbulkan doa kita dan memberi kita peluang untuk berada di dalam bulan Ramadhan yang akan datang. Amin.
Wallahua'lam.

Thursday 14 April 2016



Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

 أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia baik, akan baiklah seluruh anggota tubuh. Dan apabila ia rusak, rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah jantung." (HR. Bukhari [52] dan Muslim [1599] dari sahabat An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu'anhuma). Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan, "Di dalam hadits ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa kebaikan gerak-gerik anggota badan manusia, kemauan dirinya untuk menjauhi perkara-perkara yang diharamkan, kesanggupannya meninggalkan hal-hal yang berbau syubhat (ketidakjelasan) adalah sangat tergantung pada gerak-gerik hatinya. Apabila hatinya bersih, yaitu tatkala di dalamnya tidak ada selain kecintaan kepada Allah dan kecintaan terhadap apa-apa yang dicintai Allah, rasa takut kepada Allah dan khawatir terjerumus dalam hal-hal yang dibenci-Nya, maka niscaya akan menjadi baik pula gerak-gerik seluruh anggota badannya. Dari sanalah tumbuh sikap menjauhi segala macam keharaman dan sikap menjaga diri dari perkara-perkara syubhat untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan..." (Jami' Al-'Ulum wa Al-Hikam, hal. 93). An-Nawawi mengatakan, "Hadits ini menunjukkan penegasan agar bersungguh-sungguh dalam upaya memperbaiki hati dan menjaganya dari kerusakan." (Al-Minhaj, 6/108). Tanda-tanda hati yang sakit: 1. Terjerumus dalam maksiat dan melakukan perkara-perkara yang diharamkan 2. Merasakan kerasnya hati. 3. Tidak benar dalam melaksanakan ibadah. 4. Bermalas-malas dalam melaksanakan ibadah dan ketaatan. 5. Tidak terpengaruh dengan ayat-ayat al quran. 6. Lalai dari mengingat Allah dalam berdzikir dan berdoa. 7. Tidak marah ketika keharaman Allah dilanggar. 8. Senang kemegahan. 9. Bakhil. 10. Meremehkan kebaikan.

https://www.youtube.com/watch?v=C52fq7koDhg

HADIS BERKENAAN DENGAN MAKAN

  



1  
Hadis Sahih Muslim Jilid 4. Hadis Nombor 1959.
Dari Anas bin Malik r.a. katanya: "Abu Thalhah menyuruh ku mendatangi Rasulullah saw. untuk mengundang beliau makan ke rumahnya, dan Abu Thalhah telah menyediakan hidangan. Lalu aku pergi mengundang beliau. Ku dapati beliau sedang bersama-sama orang ramai. Beliau menengok kepada ku sehingga aku malu kerananya. Lalu kataku, "Abu Thalhah mengundang Anda makan ke rumahnya, sudilah Anda memperkenankan!" Maka berkata beliau kepada orang ramai, "Berdirilah semuanya!" Kata Abu Thalhah, "Ya, Rasulullah! Aku hanya menyediakan makanan untuk Anda seorang." Lalu beliau jamah makanan yang tersedia itu dan mendoakan berkat bagi makanan tersebut. Kemudian beliau berkata, "Suruh masuk kawan-kawan itu sepuluh orang." Kata beliau, "Makanlah Tuan-tuan!" Dari sela-sela jari beliau keluar sesuatu (berupa makanan), maka makanlah mereka sampai kenyang, sesudah itu mereka keluar. Kata beliau. "Suruh masuk sepuluh orang lagi." Mereka makan pula sampai kenyang. Begitulah seterusnya secara bergantian mereka masuk sepuluh orang dan keluar sepuluh orang, sehingga tidak seorang pun yang ketinggalan. Semuanya masuk dan makan sampai kenyang. Kemudian ternyata makanan masih bersisa sebanyak semula."
2  
Hadis Sahih Muslim Jilid 4. Hadis Nombor 1886.
Dari Abu Tsa'labah Al Khusyani r.a. katanya dia datang kepada Rasulullah saw. lalu bertanya : "Ya, Rasulullah! Kami tinggal di negeri Ahli Kitab. Kami makan di piring mereka, sedangkan penghidupan di negeri itu ialah berburu. Aku berburu menggunakan panah dan anjing-anjingku yang terlatih dan tidak terlatih. Ajarkanlah kepada ku, apakah halal bagi kami yang demikian itu?" Jawab Rasulullah saw., "Adapun engkau tinggal di negeri Ahli Kitab dan engkau makan di piring mereka, seandainya engkau masih bisa mendapatkan piring selain piring mereka, janganlah makan di piring mereka. Tetapi jika engkau tidak mendapatkan piring lain, basuhlah dahulu piring mereka itu dan makanlah di piring itu. Adapun engkau tinggal di negeri yang penghidupannya berburu, bila engkau memanah buruan dengan panahmu, sebutlah nama Allah, kemudian makanlah hasil buruan itu. Bila engkau menangkap buruan dengan mempergunakan anjing yang terlatih, sebutlah nama Allah kemudian makanlah. Dan bila engkau menangkap buruan dengan mempergunakan anjing yang tidak terlatih dan engkau masih sempat menyembelihnya, makanlah."
3  
Hadis Sahih Muslim Jilid 1. Hadis Nombor 0025.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ketika terjadi perang Tabuk, pasukan Rasulullah saw. ditimpa mushibah kekurangan bahan makanan. Kerana itu mereka memohon kepada Rasulullah saw., "Kalaulah Anda izinkan, akan kami sembelih unta-unta pembawa beban, untuk kita makan dan kita manfaatkan lemaknya." Jawab Rasulullah saw., "Lakukanlah!" Kata Abu Hurairah r.a., "Sementara itu 'Umar r.a. datang, lalu katanya: "Ya, Rasulullah! Jika unta-unta itu disembelih, kenderaan kita akan berkurang. Tetapi, bagaimanakah kiranya kalau mereka diperintahkan mengumpulkan sisa perbekalan mereka, kemudian Anda mendoa kepada Allah, semoga Allah memberikan berkat bagi makanan itu, mudah-mudahan Dia akan mengabulkannya." Jawab Rasulullah s.a.w.: "Baiklah!" Beliau meminta sehelai tikar kulit, lalu dibentangkannya. Kemudian beliau suruh kumpulkan semua sisa perbekalan mereka. Ada yang membawa segenggam kurma, dan ada pula yang membawa sisa-sisa roti; sehingga semua yang terkumpul itu kelihatan hanya amat sedikit di atas tikar itu. Lalu Rasulullah saw. mendoa semoga perbekalan yang ada itu beroleh berkat "Isilah kantong perbekalan Anda masing-masing!" Lalu mereka mengisi semua kantong perbekalan mereka, sehingga tidak ada satu kantong pun yang ketinggalan; bahkan semuanya terisi penuh. Sesudah itu mereka makan bersama-sama sampai kenyang. Ternyata sesudah makan, makanan itu masih bersisa. Maka bersabda Rasulullah saw., "Aku mengaku tidak ada Tuhan selain Allah dan aku Rasulullah. Tidak ada seorang jua pun yang meninggal dengan meyakini kedua pengakuan itu tanpa ragu, yang dihalangi masuk syurga."
4  
Hadis Sahih Muslim Jilid 4. Hadis Nombor 1966.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. lalu dia berkata, "Aku dalam kesulitan susah hidup dan lapar." Maka beliau bawa pulang itu ke rumah isteri beliau satu persatu menanyakan kalau-kalau mereka ada sedia makanan. Para isteri beliau menjawab. "Demi Allah yang mengutus Anda dengan yang hak, aku tidak sedia apa-apa selain air. Begitulah jawapan mereka masing-masing. Lalu bersabda beliau kepada para sahabat. "Siapa bersedia menerima tetamu malam ini nescaya di beri rahmat oleh Allah Ta'ala." Maka berdirilah seorang lelaki Ansar seraya berkata, "Aku, ya Rasulullah!" Maka dibawanya lah orang itu ke rumahnya. Dia bertanya kepada isterinya, "Adakah engkau sedia makanan?" Jawab isterinya, "Tidak ada, kecuali makanan anak-anak." Katanya, "Pujuklah mereka dengan apa saja. Bila tetamu kita dah masuk tunjukkan kepadanya bahawa kita makan bersamanya. Bila dia telah mulai makan, berdirilah ke dekat lampu lalu padamkan. Maka duduklah mereka dan sang tetamu pun makanlah. Setelah Subuh, sahabat tersebut bertemu dengan Nabi saw. lalu kata beliau, "Allah kagum dengan cara kamu berdua melayani tetamu kalian malam tadi."
5  
Hadis Sahih Muslim Jilid 3. Hadis Nombor 1751.
Dari 'Abdullah bin Rabah, dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Suatu perutusan (delegasi) datang kepada Mu'awiyah di bulan Ramadhan. Maka kerana itu sebahagian kami sibuk membuat makanan untuk yang lain-lain. Di antaranya terdapat Abu Hurairah yang sering mengajak kami ke tempatnya. Aku berkata kepadanya, "Tidak seyogyanyakah ku buat makanan, lalu ku undang mereka makan ke rumah ku? Lalu ku suruh buatkan makanan, kemudian ku temui Abu Hurairah untuk mengundangnya makan malam. Kata ku, "Sekarang makan malam di rumahku." Jawab Abu Hurairah, "Engkau mendahului ku?" Jawab ku, "Ya, aku mengundang mereka juga." Kata Abu Hurairah, "Sukakah kalian ku ceritakan kepada kalian suatu peristiwa mengenai diri kalian sendiri, hai kaum Ansar?" Lalu diceritakannya peristiwa sekitar penaklukan Mekah. Katanya, "Rasulullah saw. berangkat hingga sampai di Mekah. Beliau mengangkat Zubair mengepalai satu di antara dua sayap, dan mengangkat Khalid mengepalai sayap yang lain, dan mengangkat Abu 'Ubaidah mengepalai pasukan tanpa baju besi. Mereka masuk ke dalam lembah, sedangkan Rasulullah saw. dalam suatu regu. Kata Abu Hurairah, "Beliau langsung memperhatikan situasi medan, lalu beliau terlihat kepada ku. Kata beliau, "Kamu, hai Abu Hurairah!" Jawab ku, "Ya, hamba, ya Rasulullah!" Sabda beliau, "Jangan dibolehkan mendekat kepada ku selain orang-orang Ansar, kecuali Syaiban. Suruh orang-orang Ansar berkumpul ke dekat ku!" Mereka segera berkumpul sekeliling beliau. Sedangkan orang-orang Quraisy telah menyusun barisan mereka pula dalam beberapa pasukan. Kata orang-orang Quraisy, "Biarkan mereka mendahului kita; jika mereka beruntung, kita sama-sama dengan mereka, dan jika mereka dapat bahaya, kita berikan kepada mereka apa yang dimintanya." Sabda Rasulullah saw., "Kalian lihatkah pasukan Quraisy dan pengikut-pengikut mereka? Kemudian beliau memberi isyarat dengan kedua tangannya, yang satu di atas yang lain, (maksudnya supaya waspada dan saling melindungi). Kemudian beliau berkata pula, "Sampai berjumpa di Safa." Kata Abu Hurairah, "Kami terus berjalan. Tidak seorang pun di antara kami yang membunuh kecuali jika orang Quraisy itu membunuh. Ternyata tidak ada satu pun perlawanan ditujukan kepada kami. Kemudian Abu Sufyan datang menghadap Rasulullah saw. Dia mengatakan, "Ya, Rasulullah! Jikalau orang-orang Quraisy dibunuhi, maka tidak akan ada lagi orang-orang Quraisy sesudah ini. (ertinya orang-orang Quraisy menyerah kalah tanpa pertumpahan darah). Maka bersabda Rasulullah saw., "Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, dia aman." Mendengar sabda Rasulullah seperti itu, maka orang-orang Ansar berkata sesama mereka, "Agaknya Rasulullah saw. telah rindu kepada kampung halamannya, sehingga timbul rasa kasih sayangnya berkeluarga." Kata Abu Hamid, "Ketika itu wahyu turun. Kami tahu kalau wahyu sedang turun. Kalau wahyu sedang turun, tidak seorang pun yang berani memandang Rasulullah saw. sampai wahyu selesai turun. Setelah selesai, Rasulullah saw. bersabda, "Hai, kaum Ansar!" Jawab mereka, " Kami, ya Rasulullah!" Tanya beliau, "Kaliankah yang berkata bahawa aku telah rindu kampung halaman?" Jawab mereka, "Betul, ya Rasulullah!" Sabda beliau, "Tidak! Sekali-kali tidak! Aku adalah hamba Allah dan RasulNya. Aku telah hijrah kepada Allah dan kepada kalian semua. Hidup dan mati ku bersama-sama dengan kalian." Mendengar ucapan beliau seperti itu, mereka datang menghampiri sambil menangis dan berkata, "Ya, Rasulullah! Kami berkata demikian itu sesungguhnya, kerana cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Jawab Rasulullah saw., "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya membenarkan pengakuan kalian dan memaafkannya." Kata Abu Hurairah, "Maka datanglah orang ramai (penduduk Mekah) ke rumah Abu Sufyan. dan meteka tutup pintu rumah mereka. Sedang Rasulullah saw. terus menuju Hajarul Aswad, lalu beliau cium batu, kemudian beliau tawaf mengelilingi Kaabah. Kemudian beliau datangi berhala-berhala sembahan orang-orang Quraisy yang terletak di sekitar Kaabah, lalu beliau tusuk matanya dengan busur panah yang ada di tangan beliau, sambil berkata, "Telah datang kebenaran, maka lenyaplah kebatilan." Setelah selesai tawaf, beliau datang ke bukit Safa lalu naik ke puncaknya. Sampai di atas beliau memandang ke Kaabah, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, lalu dia memuji Allah dan mendoa apa yang hendak didoakannya."
6  
Hadis Sahih Muslim Jilid 4. Hadis Nombor 2201.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Pada hari kiamat kelak Allah Azza wa Jalla berfirman: Hai anak Adam! Aku sakit, mengapa tidak engkau kunjungi Aku?" Jawab anak Adam, "Wahai Tuhan ku. Bagaimana mungkin aku mengunjungi Engkau padahal Engkau Tuhan semesta alam?" Firman Allah Ta'ala, "Apakah kamu tidak tahu bahawa hamba Ku si Fulan sakit, mengapa kamu tidak mengunjunginya? Apakah kamu tidak tahu seandainya kamu kunjungi dia, kamu akan mendapati Ku di sisinya?" "Hai, anak Adam! Aku minta makan kepada mu, mengapa kamu tidak memberi Ku makan?" Jawab anak Adam, "Wahai Tuhan. Bagaimana mungkin aku memberi Engkau makan, padahal Engkau Tuhan semesta alam?" Firman Allah Ta'ala, "Apakah kamu tidak tahu, bahawa hamba Ku si Fulan minta makan kepada mu tetapi kamu tidak memberinya makan. Apakah kamu tidak tahu, seandainya kamu memberinya makan nescaya engkau mendapatkannya di sisi Ku?" "Hai, anak Adam! Aku minta minum kepada mu, mengapa kamu tidak memberi Ku minum?" Jawab anak Adam, "Wahai Tuhan, bagaimana mungkin aku memberi Engkau minum, padahal Engkau Tuhan semesta alam?" Firman Allah Ta'ala, "Hamba Ku si Fulan minta minum kepada mu, tetapi kamu tidak memberinya minum. Ketahuilah, seandainya kamu memberinya minum, nescaya kamu mendapatkannya di sisi Ku."
7  
Hadis Sahih Muslim Jilid 4. Hadis Nombor 1939.
Dari Hudzaifah r.a. katanya: "Apabila kami makan bersama-sama Rasulullah saw., kami belum mengulurkan tangan (mengambil makanan yang dihidangkan sebelum Rasulullah saw. memulainya. Pada suatu hari kami akan bersama-sama beliau tiba-tiba datang seorang gadis kecil. Seperti didorong dia menjangkaukan tangannya hendak mengambil makanan, tetapi segera ditangkap Rasulullah saw. Kemudian datang pula seorang Arab dusun, dia seperti didorong mengulurkan tangannya. Lalu ditangkap pula oleh beliau. Maka bersabda Rasulullah saw.. "Hanya syaitan yang menghalalkan makanan tanpa menyebut nama Allah memakannya. Dia datang bersama gadis dan orang dusun ini hendak turut makan bersama-sama mereka. Demi Allah yang jiwaku dalam kuasa-Nya. sesungguhnya tangan syaitan itu ada di kedua tangan orang dusun dan gadis itu."
8  
Hadis Sahih Muslim Jilid 2. Hadis Nombor 1121.
Dari 'Aisyah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: "Hai, 'Aisyah! Adakah engkau sedia makanan?" Jawab 'Aisyah, "Tidak, ya Rasulullah!" Sabda beliau, "Kalau begitu aku puasa." Kemudian Rasulullah saw. pergi, lalu ada orang datang memberikan makanan untuk kami. Setelah Rasulullah saw. kembali, ku katakan kepada beliau, "Ya, Rasulullah! Tadi ada orang datang memberi kita makanan dan ku simpan untuk anda." Tanya Rasulullah saw., "Makanan apa?" Jawab ku, "Kuih hais." Sabda beliau, "Bawalah kemari!" Kuih itu ku sajikan untuk beliau, lalu beliau makan.
9  
Hadis Sahih Muslim Jilid 4. Hadis Nombor 1885.
Dari 'Adi bin Hatim r.a. katanya Rasulullah saw. bersabda kepadanya. "Apabila kamu melepas anjingmu maka sebutlah nama Allah (Bismillahirrahmanirrahim). Jika anjing itu menangkap buruan dan engkau dapati masih hidup, sembelihlah! Jika engkau dapati telah mati dan tidak dimakan oleh anjingmu, makanlah olehmu. Dan jika engkau dapati anjingmu bersama anjing lain, sedangkan buruannya telah mati jangan dimakan buruan itu, kerana engkau tidak tahu anjing mana sesungguhnya yang membunuh buruan itu. Jika engkau memanah buruan dengan panahmu, maka makanlah buruan itu jika engkau mahu. Tetapi jika engkau dapati buruan itu mati tenggelam (jatuh ke air) jangan dimakan."
10  
Hadis Sahih Muslim Jilid 3. Hadis Nombor 1358.
Dari Anas r.a., katanya: "Ketika Nabi saw. kahwin dengan Zainab, Ummu Sulaim memberikan sebuah kuih dalam mangkuk batu kepada beliau. Maka bersabda Rasulullah saw. kepada Anas, "Undang ke sini atas namaku siapa saja umat Islam yang berjumpa denganmu!" Maka ku undanglah siapa saja yang berjumpa dengan ku, sehingga tidak ada yang ketinggalan. Mereka datang ke rumah Nabi, keluar masuk bergantian. Nabi saw. meletakkan tangannya di atas makanan, lalu beliau doakan makanan itu seperti yang diajarkan Allah swt. kepada beliau. Para tamu makan semuanya sampai kenyang, dan setelah itu mereka pergi. Kecuali beberapa orang di antara mereka masih tetap bercakap-cakap dan memanjang-manjangkan percakapan mereka. Nabi saw. malu akan menegur mereka, lalu beliau keluar dan meninggalkan mereka dalam rumah. Kerana itu Allah 'Azza wa Jalla menurunkan ayat: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu masuk ke rumah Nabi, kecuali bila kamu telah disilakan untuk makan, tanpa menunggu-nunggu makanan terhidang." (Al Ahzab : 53).

Wednesday 13 April 2016

GAMBARAJAH BATAS PERGAULAN LELAKI DAN WANITA YANG BUKAN MAHRAM



GAMBARAJAH BATAS PERGAULAN LELAKI DAN WANITA YANG BUKAN MAHRAM

A DAY MADE OF GLASS. MADE POSSIBLE BY CORNING


Kemajuan dunia, adakah mustahil apa yang ada dalam video ini? insyallah tidak mustahil, namun kita perlu ingat jangan sampai leka hingga lupa akhirat yang kekal abadi. ini juga menunjukan betapa hebatnya Allah, pemikiran dan akal manusia yang dikurniakan oleh Allah dan digunakan untuk kebaikan akan memberi menfaat kepada semua manusia.


Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ ، وَجَنَّةُ الكَافِرِ
Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim)
Dari Amr bin ‘Auf radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَوالله مَا الفَقْرَ أخْشَى عَلَيْكُمْ ، وَلكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَط الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا ، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أهْلَكَتْهُمْ
Demi Allah. Bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi aku khawatir ketika dibukakan kepada kalian dunia sebagaimana telah dibukakan bagi orang-orang sebelum kalian. Kemudian kalian pun berlomba-lomba dalam mendapatkannya sebagaimana orang-orang yang terdahulu itu. Sehingga hal itu membuat kalian menjadi binasa sebagaimana mereka dibinasakan olehnya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Ka’ab bin ‘Iyadh radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً ، وفِتْنَةُ أُمَّتِي : المَالُ
Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah, sedangkan fitnah ummatku adalah harta” (HR. Tirmidzi, dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ ؛ فَهُوَ أجْدَرُ أنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عَلَيْكُمْ
Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripada kalian -dalam hal dunia- dan janganlah kalian melihat orang yang lebih di atasnya. Karena sesungguhnya hal itu akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat yang Allah berikan kepada kalian” (HR. Muslim)
Dari Shuhaib radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَباً لأمْرِ المُؤمنِ إنَّ أمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خيرٌ ولَيسَ ذلِكَ لأَحَدٍ إلاَّ للمُؤْمِن : إنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكانَ خَيراً لَهُ ، وإنْ أصَابَتْهُ ضرَاءُ صَبَرَ فَكانَ خَيْراً لَهُ
Sangat mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak didapatkan kecuali pada diri orang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan maka dia bersyukur. Dan apabila dia mendapatkan kesusahan maka dia akan bersabar” (HR. Muslim)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْشَ الآخِرَةِ
Ya Allah tidak ada kehidupan yang sejati selain kehidupan akhirat” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإنَّ الله تَعَالَى مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ
Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah ta’ala menyerahkannya kepada kalian untuk diurusi kemudian Allah ingin melihat bagaimana sikap kalian terhadapnya. Maka berhati-hatilah dari fitnah dunia dan wanita” (HR. Muslim)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُنْ في الدُّنْيَا كَأنَّكَ غَرِيبٌ ، أَو عَابِرُ سَبيلٍ
Jadilah kamu di dunia seperti halnya orang asing atau orang yang sekedar numpang lewat/musafir” (HR. Bukhari)
Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا لِي وَلِلدُّنْيَا ؟ مَا أَنَا في الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
Ada apa antara aku dengan dunia ini? Tidaklah aku berada di dunia ini kecuali bagaikan seorang pengendara/penempuh perjalanan yang berteduh di bawah sebuah pohon. Kemudian dia beristirahat sejenak di sana lalu meninggalkannya” (HR. Tirmidzi, dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)

Sunday 3 April 2016



BERSYUKUR DI ATAS MUSIBAH?

Kita biasa mendengar tentang sabar apabila ditimpa musibah. Bagaimana pula dengan orang yang bersyukur bila ditimpa musibah?
عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ ” الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ ” . وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ ” الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ”
‘Aisyah radiallahu ‘anha berkata: Apabila Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam melihat perkara yang dia sukai, baginda akan berkata: Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmatNya, amal kebaikan menjadi sempurna. Apabila baginda melihat perkara yang baginda tidak suka, baginda akan berkata: Segala puji bagi Allah di atas segala keadaan. [Sunan Ibn Majah, Kitab al-Adab, hadis no: 3803, Shaikh al-Albani menyatakan ia hadis hasan dalam Sahih Ibn Majah]
Dalam hadis di atas, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menzahirkan kesyukuran di atas ujian yang menimpa baginda sallallahu ‘alaihi wasallam. Ia sesuatu yang pelik, akan tetapi ia hanya dapat difahami oleh insan-insan yang memahami hakikat dan realiti di sebalik ujian yang menimpa.
Shaikh Muhammad bin Soleh al-Uthaimin di dalam Syarah Riadussolihin, ketika membahaskan bab sabar menyatakan bahawa terdapat empat keadaan manusia dalam menghadapi ujian atau musibah daripada Allah.
1- Enggan menerima
2- Sabar
3- Redha
4- Syukur
Peringkat paling rendah ialah yang pertama. Ia merujuk kepada hati yang mula bersangka buruk dengan apa yang Allah takdirkan. Mula berfikir yang bukan-bukan tentang Allah. Hatinya mula mempersoalkan keadilan Allah. Lisannya pula mula mengeluarkan kata-kata yang menzahirkan ketidak redhaan kepada apa yang Allah putuskan. Manakala tubuh badannya pula melakukan perbuatan-perbuatan yang mula merosakkan diri seperti enggan makan berhari-hari, memukul-mukul dan meronta-ronta.
Peringkat kedua daripada bawah ialah sabar. Hatinya masih membenci musibah yang menimpa, dia berasa sedih, kecewa, dan sakit di atas musibah yang menimpa. Tetapi hatinya tidak pernah menyalahkan Allah. Tidak pula hatinya berbisik bahawa Allah tidak adil. Lisan dan anggota tubuhnya terkawal daripada melakukan perbuatan-perbuatan yang bercanggah dengan syara’ disebabkan musibah itu. Seorang mukmin, sewajarnya memastikan, inilah tahap paling rendah yang dia berada padanya. Jangan sehingga sampai terdetik sedikit di dalam hati prasangka buruk kepada Allah.
Peringkat kedua terbaik ialah redha. Ini merupakan satu peringkat yang sangat sukar dilakukan, tetapi ia menzahirkan sifat keimanan kepada qadha dan qadar Allah. Redha sehingga hatinya terbuka menerima ujian Allah. Seolah-olah tiada apa-apa yang buruk yang telah berlaku. Akan tetapi ini bukanlah peringkat yang terbaik.
Peringkat yang terbaik ialah syukur. Ini merupakan satu kedudukan yang sangat sukar dicapai. Di mana seorang insan, berasa gembira dan bersyukur apabila diuji, sehingga ucapan yang keluar daripada mulutnya ialah ucapan manusia yang menerima nikmat iaitu Alhamdulillah.
Peringkat terbaik ini bukanlah sesuatu yang mustahil dicapai. Seorang insan yang memahami bahawa setiap ujian itu mendatangkan pahala, dan menghapuskan dosa, mereka akan bersyukur dan mengucapkan tahmid tatkala diuji. Apakah nikmat yang lebih besar daripada pahala dan penghapusan dosa, yang mana penghujungnya ialah syurga dan dijauhkan daripada neraka. Pasti, untuk mencapai tahap ini, memerlukan satu keimanan dan penghayatan yang kuat kepada maksud-maksud ayat al-Quran dan hadis-hadis Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah menjadikan kita manusia bersyukur tatkala ujian menimpa diri kita.

PANDUAN SOLAT AL-ISTISQA’
 
1. Imam menetapkan suatu hari tertentu untuk ditunaikan solat al-Istisqa. Hal ini berdasarkan hadis ‘Aisyah RA yang diriwayat oleh Abu Daud dan ia hadis yang Sahih.
2. Imam hendaklah memberi peringatan kepada orang ramai dan mengarahkan mereka agar bertaqwa, berhenti dari melakukan kezaliman, segera bertaubat dari semua maksiat, saling memaafkan sesama manusia, memperbanyakkan puasa,
bersedekah dan tinggalkan perbalahan. Ini kerana maksiat menjadi sebab berlakunya kemarau, manakala ketaqwaan menjadi sebab turunnya keberkatan.
3. Solat al-Istisqa adalah sama seperti solat Hari Raya berdasarkan hadis daripada:
Ibn ‘Abbas RA dan ia hadis yang Sahih. Inilah pandangan majoriti ulama. Solat Istisqa’ ditunaikan sebanyak 2 rakaat. Bertakbir dalam rakaat pertama sebanyak 7kali dan bertakbir dalam rakaat kedua sebanyak 5 kali.
4. Waktu yang paling afdhal untuk menunaikan solat al-Istisqa ialah waktu yang sama ketika menunaikan solat Hari Raya berdasarkan perkataan ‘Aisyah RA. Namun Solat al-Istisqa’ juga boleh dilakukan pada bila-bila waktu yang dirasakan perlu,
melainkan pada waktu-waktu yang dilarang solat.
5. Solat al-Istisqa ditunaikan di tanah lapang. Inilah yang afdhal berdasarkan perbuatan Nabi SAW yang menunaikannya di tanah lapang sama seperti solat Hari Raya.
Berdasarkan hadis sahih yang diriwayatkan oleh Abu Daud daripada ‘Aisyah RA. Demikian juga hadis ‘Abdullah bin Zaid al-Maziniy (RA yang berkata:
Maksudnya: “Rasulullah SAW keluar menuju ke tempat solat (di padang), maka baginda memohon hujan dan menebalikkan kain selendang baginda ketika menghadap kiblat. Kemudian baginda menunaikan solat 2 rakaat, baginda menjaharkan bacaan
dalam 2 rakaat tersebut.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
6 Orang ramai keluar menuju ke tempat solat dalam keadaan menzahirkan kehinaandan kerendahan diri beserta penuh dengan kekhusukan. Berdasarkan hadis sahih riwayat Abu Daud.
7. Para wanita dan kanak-kanak juga dibenarkan untuk keluar menuju ke tempat solat al-Istisqa. Demikian juga orang-orang yang berhutang, orang tua, orang-orang soleh dan seumpamanya, kerana perkara ini lebih dapat menjadi sebab diperkenankan doa. Tidak disunatkan membawa keluar binatang-binatang ternak kerana perbuatan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAW.
8. Tiada azan dan iqamat untuk mendirikan solat al-Istisqa berdasarkan hadis
Abdullah bin Yazid al-Ansori yang terdapat di dalam Sahih al-Bukhari. Kata Ibn Battal :(Para ulama bersepakat (Ijma’) bahawa tiada azan dan iqamah untuk solat al-Istisqa’.
9. Boleh meminta orang soleh berdoa al-Istisqa berdasarkan hadis riwayat al-Bukhari di dalam Sahihnya daripada Anas bahawa ‘Umar bin al-Khattab dahulunya apabila
berlaku kemarau, beliau akan meminta al-‘Abbas bin ‘Abd al-Muttalib berdoa alIstisqa.‘Umar berkata:
Maksudnya: “Ya Allah kami dahulunya bertawassul9 kepadaMu dengan Nabi Kami SAW, maka Engkau memberi hujan kepada kami. Dan sekarang kami bertawassul kepadaMu dengan Bapa saudara Nabi kami, maka turunkanlah hujan kepada kami.
Kata Anas: Lalu mereka diberikan hujan.”
10. Melakukan khutbah bagi solat al-Istisqa adalah termasuk sunnah. Ia boleh dilakukan sebelum solat ataupun selepas solat berdasarkan hadis daripada ‘Aisyah dan ‘Abdullah bin Zaid RA yang menunjukkan baginda pernah berkhutbah terlebih
dahulu kemudian baru menunaikan solat.Manakala hadis daripada Abu Hurairah RA demikian juga sebahagian hadis daripada ‘Abdullah bin Zaid yang menunjukkan baginda menunaikan solat terlebih dahulu setelah itu berkhutbah.Maka dalam persoalan ini terdapat keluasan. Ibn Uthaimin berkata: “berdasarkan ini, maka khutbah al-Istisqa boleh dilakukan sebelum ataupun selepas solat. Akan tetapi jika khutbah dilakukan sebelum solat, maka tidak perlu lagi berkhutbah selepas solat,jangan dihimpunkan dua perkara ini.
11. Para ulama juga berbeza pandangan tentang khutbah solat al-Istisqa. Apakah dua khutbah seperti khutbah Jumaat ataupun satu sahaja. Ibn Qudamah di dalam alMughniy
menyebut solat al-Istisqa hanya ada satu khutbah. Namun nukilan daripada al-Syafie dan Malik menyatakan solat al-Istisqa ada dua khutbah.Seterusnya Ibn Qudamah berkata:
Maksudnya: (Namun) bagi kami perkataan Ibn ‘Abbas yang berkata: “Tidaklah baginda berkhutbah seperti khutbah kamu hari ini.16” selain itu setiap dari nukilan tentang khutbah al-Istisqa tidak dinukilkan dilakukan dua khutbah. Hal ini kerana tujuannya
ialah berdoa kepada Allah agar diturunkan hujan. Ini menunjukkan khutbah al-Istisqa tidak dipisahkan dengan duduk senyap seketika.
12. Perbanyakkan beristighfar di dalam khutbah dan membaca ayat al-Quran yang mengarahkan perbanyakkan istighfar
13. Bersungguh mengangkat tangan ketika berdoa.
14. Terbalikkan selendang dan mengadap ke arah kiblah ketika doa al-Istisqa adalah sunnah. Disunatkan juga orang ramai mengikut perbuatan imam menterbalikkan selendang. Perbuatan ini dilakukan ketika hendak memulakan doa al-Istisqa.
15. Jika setelah dilakukan al-Istisqa namun hujan masih tidak turun boleh diulangi alIstisqa
kali kedua dan kali ketiga. Hal ini kerana Allah SWT menyukai perbuatan mengulangi doa, dan perbuatan ini lebih menghampiri mustajab.